Pindahan ke SunglowMama.my.id

Assalamu’alaikum,

Terima kasih buat pembaca setia Sunglow Mama. Mohon maaf baru update disini. Jadi bulan lalu saya ikutan kelas Perempuan WordPress yang membahas tentang Advanced WordPress. Dengan berbagai pertimbangan dan selama kurang lebih sebulan saya putuskan untuk pindah ke website self-hosted www.sunglowmama.my.id.

Akan sangat berharga buat saya kalau kalian yang sudah berlangganan kembali berlangganan ke website baru ini.

Silahkan dicek dan tetap baca ya 🙂 Thanks again.

Kreatif, Ini 10 Kreasi Olahan Kurma Yang Bisa Dicoba Untuk Makanan Berbuka Puasa

9 kreasi olahan kurma untuk berbuka puasa

Wah, sudah masuk bulan puasa, nih. Pastinya ibu-ibu sudah bersiap setiap hari memikirkan menu harian, mau masak apa untuk berbuka puasa atau punya stok makanan penambah stamina. Biasanya ada resep favorit di setiap keluarga. Tapi sudah pasti buah kurma jadi pilihan di bulan puasa.

Bicara tentang makanan khas bulan puasa yang juga berguna untuk daya tahan tubuh kita, nggak aneh kalau kurma tercetus di kepala. Buah yang merupakan favorit Rasulullah ini kaya nutrisi dan kandungannya kebanyakan karbohidrat (terutama gula, seperti sukrosa dan fruktosa).

Kalau ngomongin kurma, saya selalu teringat almarhum Bapak saya yang doyan banget makan kurma tiap buka puasa. Nggak cuma buat berbuka puasa sih, kadang buat cemilan aja. Lahap sekali makannya hingga cepat habis. Dulu saya bingung kenapa ayah saya doyan banget. Namanya juga masih kecil, melihat penampilan buah kurma nggak begitu tergugah ya. Maklum, warnanya yang gelap kalah kinclong dibanding makanan gula atau snack lain yang bentuknya lebih menarik. Sejak lama saya cuma melihat Bapak saya suka makan, akhirnya saya mencoba sendiri. Ternyata kurma itu enak banget. Nggak cuma dari rasa, kegunaannya banyak sekali untuk tubuh. Dan yang paling saya suka, dia awet disimpan di suhu ruangan.

Sejujurnya, kalau bisa saya kepingin selalu punya stok kurma di rumah. Nggak merasa bersalah untuk dimakan kapan saja karena manis tapi sehat dikonsumsi.

Kabarnya, buah berwarna kecoklatan yang asalnya dari Timur ini awalnya dikonsumsi para musafir ketika berdagang. Rasanya yang manis dan awet menjadikan kurma layak dijadikan makanan dalam perjalanan untuk menambah energi.

Selain itu, ini beberapa khasiat Kurma menurut Hellosehat.com :

  • Membersihkan racun di tubuh
  • Meningkatkan kesehatan jantung
  • Mencegah anemia
  • Membantu menurunkan berat badan
  • Mencegah resiko diabetes
  • Menangkal radikal bebas
  • Menjaga kesehatan otak
  • Membantu mencukupi kebutuhan cairan
  • Melancarkan persalinan

Diantara berbagai jenis kurma, yang paling populer adalah kurma Ajwa dan Medjool. Kurma Ajwa dikatakan sebagai kurma favorit Nabi, teksturnya lembut dan kering juga rasanya sangat manis. Sedangkan kurma Medjool rasanya kaya, lezat, manis dan teksturnya berserat. Bagus dikonsumsi saat segar dan biasanya matang di awal musim. Selain jenis Ajwa dan Medjool, ada kurma Safawi, Thoory, Khudri, Halawy, Deglet Noor, Dayri Ambera dan Barhi.

Baca Juga : 10 Sajian Dingin Berbuka Puasa

Ketika sudah menikah dan melihat resep-resep dr. Zaidul Akbar, ternyata kurma bagus sekali dikonsumsi pagi hari sebagai sarapan. Iya, 7 butir kurma dianggap lebih menyehatkan dibandingkan mengkonsumsi makanan berat seperti bubur ayam. Saya sendiri sih ketika mencoba, nggak bisa kebanyakan makan hingga 7 butir, entah apa jenis kurma yang saya makan manis sekali atau memang perut saya nggak mau. Namun harus saya akui, rasanya lebih enak beraktivitas memakan beberapa butir kurma di pagi hari dibandingkan makan berat sebagai sarapan.

Ternyata ibu-ibu, ada banyak cara menikmati kurma selain dari langsung dimakan. Mungkin ada yang ingin coba resep baru atau mau habiskan stok kurma, bisa dilirik resep-resep dibawah ini. Saya menemukan ada 10 kreasi olahan kurma di Instagram. Ini dia:

Continue reading

4 Ide Habiskan Waktu Saat Karantina #DiRumahAja Plus 3 Aktivitas Keagamaan Yang Bisa Dilakukan

4 Ide Habiskan Waktu Saat Karantina #DiRumahAja Plus 3 Aktivitas Keagamaan Yang Bisa Dilakukan

Nggak kerasa sudah mau sebulan kita terapkan karantina di rumah demi mencegah pandemi Corona meluas. Tentunya ibu-ibu udah melakukan banyak hal ya dengan keluarga demi stay happy di rumah aja, mungkin sudah di fase garing krik, krik? Jangan sampai deh.

Simak 4 Ide habiskan waktu di rumah aja ini:

Mencoba Resep/Minuman Makanan Baru

Mencoba resep makanan atau minuman baru bisa menambahkan semangat ibu dan keluarga yang mungkin penasaran dengan hidangan baru. Lebih oke lagi kalau mau siapkan bersama-sama, jadi lebih kompak. Mungkin ada makanan atau minuman baru yang lagi hits? Seperti Dalgoena Coffie yang lagi tren dicoba.

Mungkin ide ini bukan hal yang aneh juga. Banyak ibu-ibu yang sudah lakukan hal ini dan di-share di sosmed. Saya selalu suka lihatnya karena terasa vibrasi senang dari yang sudah mencoba resep baru.

Saya sendiri udah coba buat bumbu ungkep ayam sendiri dan resep cemilan baru. Maunya sih coba bikin roti ya tapi beloman nih.

Mencoba Hobi Baru/Memulai Lagi Hobi Lama

Dengan catatan aktivitas hobby masih bisa dilakukan saat karantina, ini momen yang pas untuk memulai hobby lagi. Coba libatkan anggota keluarga lain, jadi ada warna baru dalam ber-hobby.

Baca Juga: Aktivitas Yang Berubah Saat #DirumahAja dan Social Distancing

Saya sendiri masih punya peralatan knitting yang gak pernah disentuh-sentuh, huhuhu. Sedang mikir mau diberdayakan peralatannya.

Mengatur Ulang Posisi Perabotan Rumah

Biar rumah terasa ‘baru’, kita selalu bisa mengatur ulang posisi perabotan rumah. Mungkin ada posisi yang lebih sreg buat aktivitas sehari-hari lebih nyaman? Ide ini menurut saya lumayan yahud apalagi jika ada beberapa anggota keluarga di rumah yang bisa bantu, bisa membuat atmosfer rumah beda dan lebih segar. Bisa sekalian jadi momen untuk deep cleaning atau membersihkan total sela-sela rumah.

Menelpon atau Video Call Kontak Lama / Grup Pertemanan

Kangen bersosialisasi? Di era internet ini nggak susah lagi menghubungkan relasi dari jarak jauh walau berbeda pulau dan negara. Kita selalu bisa menelpon kontak lama, bahkan segrup orang menggunakan aplikasi komunikasi.

Jika kita kangen berat dan dekat dengan relasi kita ini, dijamin setelah itu, mood kita langsung segar dan bersemangat kembali.

Aktivitas Keagamaan

Selagi kita di rumah aja, sebaiknya mendekatkan diri pada-Nya sekaligus menenangkan batin yang mungkin galau melihat penyebaran virus Corona dari rumah. Jika dipikirkan lebih dalam, hikmah karantina Corona ini adalah agar kita melupakan sejenak kegiatan duniawi dan melakukan kegiatan agar bisa mendekatkan diri pada-Nya.

Baca Juga: Sederhana Tapi Ampuh, Lakukan Hal Ini Untuk Jaga Daya Tahan Tubuh

Ini poin penting: salah satu upaya menjaga stamina agar kuat jika terkena virus adalah menjaga imun tubuh, dan batin yang tenang karena kedekatan kita dan Tawakkal kita pada-Nya bisa membuat rileks. Sehingga hal itu dapat meningkatkan imun tubuh. Maka kegiatan keagamaan itu sangat dianjurkan, alias wajib.

Ada 3 aktivitas keagamaan yang setidaknya bisa kita lakukan dari rumah:

Mengkhatamkan Al Quran

Siapa yang sudah hapal luar dalam Al Qur’an? Saya pun belum khatam-khatam lagi nih. Manfaat membaca Al Qur’an diantaranya mendekatkan hubungan kita dengan Yang Maha Kuasa, menenangkan batin, mempelajari panduan Islam yang benar dan membersihkan hati.

Mendengarkan Kajian Islami Dari Media Internet

Nggak bisa langsung ke kajian untuk mendengarkan ceramah agama, bisa kita ganti dengan mendengarkannya melalui media internet seperti Youtube. Terbukti hal ini bisa menambah ilmu agama kita sekaligus memberikan hati ketenangan.

Melakukan Shalat Berjamaah Atau Aktivitas Keagamaan Bersama-Sama Sekeluarga

Saat karantina #dirumahaja ini jadi momen yang baik sekali buat terapkan aktivitas agama kompak sekeluarga. Diharapkan dengan melakukan ini bisa jadi kebiasaan baru yang positif.

Nah itulah 4 aktivitas dan plus 3 kegiatan keagamaan yang bisa kita lakukan. Jangan sampai waktu terbuang percuma.

Bagaimana menurut ibu-ibu? Ada yang sudah diterapkan?

Aktivitas Yang Berubah Saat #DiRumahAja dan Social Distancing

Ok, jadi ini post ODOP ke 31, post terakhir. Sejujurnya otak saya lagi nggak bisa konsen ke satu topik. Mungkin kali ini saya mau cerita kegiatan sehari-hari saya setelah 2 minggu diwajibkan berkegiatan di rumah aja.

Alhamdulillah, sebelum ada wajib social distancing dan #dirumahaja , memang ‘markas’ saya di rumah. Kegiatan sehari-hari mengurus rumah, keluarga dan bekerja juga dari rumah. Keluar untuk belanja kebutuhan dan diluar itu sekali-kali. Jadi hampir miriplah kegiatan sehari-harinya. Tapi menghadapi pandemi ini ada sedikit perubahan dan upgrade ya kualitas sehari-harinya, terutama buat jaga imun tubuh. Ini dia aktivitas sehari-hari saya yang berubah:

  • Jadi lebih melibatkan rempah untuk dikonsumsi sehari-hari. Awal Maret saya suka minum teh dari air rebusan sereh ketika badan saya dirasa tidak fit. Sebenarnya resep ini sudah lama saya terapkan dan harusnya dicampur madu, bukan gula. Namun karena madu lagi nggak ada jadi di-skip. Malah pengen coba bikin minuman wedang jahe.
  • Tentunya jadi lebih rajin cuci tangan. Sebenarnya saya langganan pakai Dett*l skincare karena kulit saya sensitif (bahkan beberapa kali order online karena nggak ada di mini market) tapi karena habis dimana-mana dan harganya jadi mahal maka di rumah pakai sabun cuci tangan lain yang harganya lebih masuk akal. Alhamdulillah tangan saya nggak gatal-gatal
  • Karena tukang sayur dan tukang-tukang lain udah ga boleh masuk komplek (hiks!) jadi saya jalan kaki ke tukang sayur. Jadi tahu warung sayur lain yang lengkap, agak jauh sih jaraknya tapi hitung-hitung jalan pagi jadi sehat, insya Allah. Mood saya juga jadi enak habis jalan pagi. Habis jalan pagi langsung mandi.
  • Saya lebih concern dengan kebersihan rumah. Lebih rajin lap-lap, memperhatikan kebersihan anggota keluarga lain terutama habis dari luar rumah
  • Rajin jemur handuk, pantang handuk lembap, kalau ada matahari selalu dijemur
  • Memasak nasi sekarang pakai 3 buah bawang putih, kabarnya bisa mencegah demam (cuma ini saya belum menemukan ahli yang mengkonfirmasi). Paling nggak nasi jadi nggak cepat basi.
  • Perumahan yang kami tinggali ini sudah dua kali dalam 2 minggu menyemprot daerah rumah dengan disinfektan. Bahkan ada booth disinfektan khusus kendaraan bermotor, Alhamdulillah. Sebelum ada social distancing juga tetangga juga lebih suka beraktivitas di dalam rumah sih
  • Hampir tiap hari cek perkembangan penderita Covid-19 di aplikasi Pikobar (Pusat Informasi & Koordinasi Provinsi Jawa Barat), terutama buat cek penderita di daerah sekitar rumah
  • Saya jadi ikut jualin barang kebutuhan di pandemi ini seperti masker, hand sanitizer, madu dan produk herbal. Sempat juga curhat soal ini sebelumnya.
  • Mulai memakai masker ketika keluar rumah. Anakku yang 3 tahun malah kesenengan pakai masker 🤭 mungkin dipikirnya atribut yang seru dipakai. Anakku juga senang pakai hand sanitizer dari umur 2 tahun
  • Tentunya kita keluar hanya buat beli stok barang kebutuhan. Kalau di tempat umum saya selalu berusaha nggak sentuh gagang pintu, bahkan di ATM saya coba sentuh tombol dengan jilbab tapi di mobil pakai hand sanitizer lagi
  • Berdoa tiap hari buat kesehatan keluarga
  • Berdoa tiap keluar rumah
  • Selalu ingat minum air putih, kalau dirasa was-was minum air hangat berkala
  • Lebih mementingkan tidur siang atau tidur yang cukup. Ini penting, karena saking riwehnya aku suka males tidur siang, padahal badan capek. Begitu sadar bisa mengurangi stamina, jadi lebih menjaga balas kurang tidur waktu siang
  • Mengusahakan makan sayur setiap kali atau setiap hari
  • Bawa tas kain tiap belanja kebutuhan, lebih karena mini market atau supermarket udah nggak pakai plastik lagi
  • Dari yang rajin baca berita dan sosmed, jadi agak malas karena banyak hoax dan suka bikin parno sendiri

Itu aja deh seingatku. Apakah ada yang mirip dengan saya? Bagaimana keadaan di rumah ibu-ibu yang lain?

By the way, semoga dengan di-publish postingan ini berarti saya lulus One Day One Post Estrilook ya. Live healthy ya, semua.

Atika, Oka dan Hujan (Part 2)

Atika, Oka dan Hujan Part 1

Atika berdesah pelan, sudah keburu merasa lelah melihat lantai yang lengket penuh dengan bekas air minyak, sisa cuci piring dan entah apa lagi yang tersisa di permukaan lantai putih dapur. Lantai yang baru dipasang ketika mereka pindah ke rumah kontrakan ini.

Sungguh enggan ia membersihkan, memikirkan ia juga harus memasak, mengurus anak dan rumah. Kini ada pekerjaan rumah tambahan setiap kali air pembuangan naik di ruang samping. Memang tidak setiap kali air naik waktu hujan besar, namun ia lelah merasa cemas setiap hujan turun.

Mau tidak mau ia mengambil botol berisi cairan pencuci piring dan air, membersihkan dengan menggosok sandal jepitnya di lantai sudah cukup membersihkan lantai dari minyak dan kotoran lain. Kadang kala ia harus berhenti membersihkan, karena Salman anak lelakinya yang masih 2 tahun mencarinya.

Kadang Oka terlihat tenang ketika hujan turun, kadang ia mengajak Atika dan Salman naik mobil. Mereka akan pergi ke rumah nenek Salman di dekat situ, atau hanya berkeliling hingga hujan selesai. Begitulah cara Oka menghindari stres memikirkan banjir di samping rumah. Mereka akan pulang dengan perasaan harap-harap cemas dengan keadaan rumah. Atika selalu khawatir apa lantai seisi rumah akan terisi air. Alhamdulillah, itu cuma sekedar kekhawatiran.

Yang menyedihkan, para tetangga di perumahan itu seakan sudah ‘tahu’. Keadaan rumah mereka sudah jadi rahasia umum. Apalagi penghuni rumah depan kontrakan mereka, Mba Mei dan suaminya, sudah tahu betul keadaan rumah itu. Ia bahkan menceritakan keluarga sebelumnya yang tinggal disana.

“Si bapak sakit-sakitan. Ada istri dan ibunya juga. Mereka kesulitan bayar kontrakan sehingga terpaksa tinggal disitu.”

Atika menyambungkan cerita itu dari ‘wawancara’ si pemilik kontrakan yang menanyakan tentang pekerjaan Oka sebelum mereka pindah, yang sepertinya jadi sebuah persyaratan pindah. Anehnya si pemilik kontrakan tak pernah terlihat ada di rumah itu. Waktu mereka bertemu pertama kalinya adalah di sebuah restoran. Kali mereka menengok rumah itu pertama kalinya, yang ada di rumah itu adalah adiknya, yang tidak terlihat begitu paham dengan rumah selayaknya seorang pemilik.

Atika termenung. Padahal mereka hampir tidak sanggup pindah kontrakan, karena masalah biaya. Atika merelakan cincin pernikahannya demi pindah dari rumah sebelumnya, yang sudah tidak betah mereka tinggali. Sebegitunya Atika ingin pindah, bukan karena ia jatuh hati dengan rumah kontrakan baru ini, tapi ia sudah tak tahan di rumah lama.

Atika merasa pikirannya buntu. Harus mereka tinggal di rumah ini untuk sementara? Tidak adakah jalan lain? Tak lama lagi bulan puasa. Bisakah mereka nyaman beribadah puasa dengan keadaan seperti ini? Atika tidak habis pikir membayangkan ia memasak saat jam sahur maupun menjelang buka puasa dengan kondisi demikian.

Oka yang tadinya berkeras tak mau pindah menjadi berpikir ulang. Karena tinggal seterusnya di rumah itu bisa menjadi masalah yang lebih besar: rusaknya perabot di dapur, masalah kesehatan dan kebersihan, dan tentunya ketidaknyamanan dan kengerian yang bisa datang sewaktu-waktu.

Keadaan diperparah dengan pemasangan conblock di perumahan, membuat tanah semakin tinggi di jalan depan rumah. Oka jengkel karena penghuni perumahan sekitar seolah tidak peduli dengan rumah mereka. Namun, jalan perumahan memang tidak rata dan juga berbatu.

Atika lalu mendapat ide. Ia meminta Oka agar merelakan uang THR nanti demi membiayai kepindahan mereka. Oka tidak menyukai ide itu, karena sebelumnya ia sudah memikirkan alokasi uang THR untuk apa saja. Tapi suka atau tidak, tiap hujan datang, perasaan Oka berkecamuk. (Bersambung)